[New Fanfict] Aku rindu kamu



Aku rindu kamu
Inspired by Keke Shabila Fitrianissa

            ”Kak, liat. Aku dapet nilai 9. Aku senang sekali ! Yeay !” Keke sedang mengajak bicara boneka kesayangan kakaknya. Kakaknya yang sudah meninggal sewaktu dia masih kecil. Keke diberi tahu ayahnya bahwa boneka itu adalah boneka kesayangan kakaknya. Memang setiap punya waktu luang Keke selalu mengajak boneka itu bermain. Sampai tidur pun harus ada boneka tersebut.mungkin bukti kecintaan dia kepada kakaknya yang sudah tiada

            Gerimis di pagi hari. Karena cuaca yang dingin, Keke pun masih terlelap tidur berselimutkan selimut tebal nan hangat. Tak lupa dia sambil memeluk boneka kakaknya. Padahal hari ini hari senin, dan waktunya berangkat sekolah. Alarm-pun berbunyi. Tanpa sengaja dia mematikan alarm tersebut dan malah menutupi mukanya dengan selimut. Selang beberapa saat dia terbangun. Duduk,termenung, kemudian dengan perasaan kaget,
            ”Hah ?! Udah siang. Ah sial ! Bisa terlambat ke sekolah nih”

            Keke pun beranjak dari tempat tidurnya, bergegas dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah siap semuanya, ayahnya mencoba mengingatkan kepadanya untuk sarapan sejenak,
            ”Keke sara…” Belum selesai berbicara, Keke memotong perkataan ayahnya
            ”A..a.. aku sudah terlambat ayah !” Keke langsung keluar rumah tergesa-gesa
dengan roti ditangan.

            Ternyata Keke tidak sempat sarapan. Ayahnya hanya tersenyum melihat tingkah anaknya yang lucu sehingga membuatnya tersenyum kecil dipagi hari itu.

            Gerimis sudah reda rupanya. Keke pun berlari ke sekolah. Jarak rumah ke sekolah hanya 100 meter dan biasanya Keke berangkat sekolah dengan sepedanya, mungkin karena dia terburu-buru sehingga lupa dengan sepedanya. Keke terus berlari. Sesekali dia membetulkan posisi tas yang di gendongnya.
            ”Jangan sampai terlambat ! Jangan sampai terlambat !” Ucapnya dalam hati untuk menyakinkan diri.

             Sesampai di sekolah, dia bergegas ke kelasnya. Keke langsung menaruh tas di meja. Karena hari senin, dan setiap hari senin diadakan upacara sekolah. Keke langsung masuk ke barisan paling belakang, sambil mencuri waktu untuk memakan roti yang dari awal dia pegang.
            ”Sial, sarapan saja harus ngumpet-ngumpet gini” Ucap keke sambil mencomot roti ke mulutnya.
            Teman disebelahnya pun tertawa pelan melihat tingkah lucu Keke itu.

            Setelah upacara selesai, semua kembali ke masing-masing kelas. Keke yang menginjak kelas 1 SMA ini ternyata sudah termasuk orang paling terkenal disekolah. Ya, terkenal karena ke-cerewet-annya dan mudah bergaulnya.

            Hari ini Ibu guru mengumumkan akan ada murid baru. Selang beberapa saat murid itu masuk, ibu guru menyuruh murid baru tersebut memperkenalkan diri.
            ”Hai, nama saya Muhammad Edwin. Salam kenal.” Ucap murid baru itu.
            ”Perkenalan macam apa itu. Singkat banget. Huee.” Gumam Keke dalam hati.

            Tak disangka oleh Ibu guru, murid baru bernama Edwin itu disuruh duduk dengan Keke. Kebetulan teman sebangku Keke pindah sekolah 2 minggu yang lalu sehingga Keke duduk sendirian. Sontak dengan nada cerewet dia yang khas dia menggerutu,
            ”Kenapa harus sama aku sih bu ?! Kan banyak bangku kosong lainnya. Huh.” Sahutnya cerewet.
            ”Sudah Keke, Edwin itu anak pintar loh. Nanti kamu jadi ikut tambah pintar.” Balas ibu guru tertawa kecil.
            Seketika ruangan kelas ramai akan suara tawa teman kelas menertawakan sikap cerewet Keke.

            Ternyata Keke tidak suka dengan Edwin. Sepanjang hari ini Keke tidak mengajak bicara Edwin. Edwin pun takut menyapa duluan karna melihat sifat Keke yang begitu judes juga cerewet.
            Edwin adalah sesosok orang yang pendiam, tenang dalam pembawaannya, dewasa dan pintar tentunya. Berbeda sekali dengan Keke yang selalu gegabah, mudah emosi dan tergolong salah satu murid yang susah mengerti dalam suatu pelajaran.  

            Sepulang sekolah, Keke langsung mengadu ke boneka kakaknya dan mengeluh tentang kejadian hari ini. Salah satunya tentang murid baru yang bernama Edwin, yang kebetulan satu meja dengannya dikelas.
            ”Kak, hari ini aku kesel banget ! Ada murid baru. Entah kenapa aku ngga suka ama dia. Sebel.” Ucap nya bercerita pada boneka kesayangannya yg dulu milik kakaknya.

            Pagi selanjutnya tiba. Keke berangkat sekolah dengan sepedanya. Setelah sampai disekolah, ia memarkir sepedanya ditempat yang telah disediakan. Kebetulan hari itu Keke membawa boneka kesayangannya kesekolah. Karna bentuk boneknya yang tidak teramat besar, jadi dengan mudah dia bisa membawanya kapan saja.
            Keke pun tiba dikelas. Dia langsung duduk disebelah Edwin, namun dengan raut wajah datar.
            “Bonekanya lucu ya. Tapi kok cewek bawa boneka Angry Bird gitu ?” Sapa Edwin pagi itu.
            “Eh ! Lu nggak usah sok tau ya. Ini boneka kesayangan kakak gue !” Balas Keke dengan emosi.
            “Kakak kamu cowok ?” Tanya Edwin.
            “Iya. Kenapa ? Nggak usah kepo deh.” Sambungnya lagi dengan penuh emosi.
            Saat jam istirahat berbunyi, Keke lupa akan bekal yang dia sudah sediakan pagi tadi. Sontak Keke memandangi Edwin yang mengeluarkan bekal dari tasnya. Edwin menyadari bahwa Keke melihatnya kala ia membuka bekal itu.
            “Mau ?” Tawar Edwin secara halus.
            “Nggak. Nggak usah sok baik deh.” Balas Keke dengan lantang.
            “Yakin ? Yaudah deh. Aku makan dulu ya.” Sambung Edwin tersenyum dan hanya dibalas tatapan sinis oleh Keke.
           
            Usai istirahat, pelajaran dimulai. Guru yang masuk menanyakan tugas yang diberi kemarin. Keke mencoba meraba seisi tasnya mencari buku tugasnya. Tak ketemu Keke pun tergesah-gesah mencarinya.
            “Duh buku tugasku mana lagi ?!” Ucapnya khawatir.
            “Yang nggak bawa tugasnya maju kedepan ?!” Sahut guru dikelas itu.
            Saat Keke hendak berdiri, Edwin menyodorkan buku tugasnya kehadapan Keke seraya berkata,
            “Lain kali buku tugasnya dibawa ya. Jangan sampai ketinggalan lagi.” Ucap Edwin sambil tersenyum pada Keke.
            Keke hanya merasa bingung dengan sikap Edwin. Padahal sikap nya pada Edwin sudah keterlaluan. Hingga pulangan Keke pun menghampiri Edwin dibawah tiang bendera.
            “Thanks udah ngebantu. Lain kali nggak usah jadi pahlawan lagi ya.” Ucap Keke sinis lalu meninggalkan Edwin.

            Dirumah, Keke kembali bercerita tentang hari itu kepada bonekanya. Saat sedang asik bercerita, ayahnya pun menghampirinya.
            “Keke, gimana sekolah nya hari ini ?” Tanya ayahnya dengan tenang.
            “Keke sebel yah. Kemarin ada murid baru dikelas Keke. Cowok, sok baik, sok ramah, sok ganteng, tapi dia tinggi banget, menurut Keke sih yah, dia kayak orang yang udah kelas 3 SMA gitu, tapi kenyataannya masih kelas 1 SMA. Yang bikin sebelnya lagi, dia duduk sebangku sama Keke. Tapi dia pintar sih yah.” Balas Keke bercerita pada ayahnya.
            “Oh ya ? Nama nya siapa ?” Tanya ayahnya lagi.
            “Namanya Muhammad Edwin yah. Dikelas sih dipanggil Edwin.” Terang Keke.
            Ayahnya hanya tersenyum sejenak.
            “Yaudah, beradaptasi lah Ke, siapa tau kamu bisa ikut pintar kayak dia.” Balas ayahnya tersenyum sambil mengelus kepalanya.
            “Andai aja kak Rio masih hidup ya yah.” Ucapnya sambil memegang boneka kesayangannya.
            “Udah kamu yang baik aja ya sekolahnya.” Ujar ayah Keke.
            “Iya yah.”

            Hari demi hari dilewati. Keke tetap tidak suka dengan Edwin. Terlebih perlahan-lahan teman-temannya lebih dekat dengan Edwin daripada dia.
             Dan pada suatu hari, pada waktu istirahat sekolah, Keke sedang sibuk mencari pensil yang hilang miliknya. Edwin duduk di bangkunya dengan mengeluarkan bekal makannya. Ternyata Edwin tidak berniat keluar kelas.
           
            Pada puncak kekesalannya, Keke menghampiri Edwin. Tiba-tiba dia membuang bekal makan Edwin yang berada diatas meja karena Keke menuduh Edwin lah yang mencuri pensil miliknya.
            Seketika Keke jadi malah merasa takut. Takut kalau Edwin bakal marah atas perlakuannya. Namun Edwin hanya tersenyum membalasnya.
            “Kenapa senyum hah ?!” Ucap Keke kesal.
            Edwin menjawab dengan senyuman lagi dan sontak berkata,
            ”Sini deh duduk. Aku mau tunjukan dan kasih sesuatu ke kamu.” Balas Edwin menyuruh Keke duduk disampingnya dan Keke pun duduk disamping Edwin.
            Edwin mengeluarkan buku dengan bertuliskan “Dear Keke”  dibagian depannya.
            ”Ini pegang..” Ucap Edwin.
            Edwin memberi buku tersebut kepada Keke solah ingin Keke membaca isi tulisan yang ada dibuku itu. Layaknya sebuah tulisan berharga yang Edwin ingin Keke membaca isinya.
            ”Apa ini ?! Maksudnya apa?! Buat aku?! Buat aku baca?! Kok ada namaku sih?!” Tanya Keke cerewet.
            Dia kaget dan bingung dengan pemberian buku tersebut.
            ”Ya buat kamu. Baca sekarang ya.” Edwin menjawabnya dengan pembawaannya yang tenang.
            Keke langsung membelakangi Edwin dan mulai membuka halaman tiap halaman dalam buku tersebut.
            ”Mana tulisannya? Kosong semua?!” Keke mengeluh.
            Selang berapa saat dia menemukan sebuah tulisan,

            “Dear Keke, mungkin saat kamu baca ini kamu sudah besar ya. Lihat foto ini ya.”

            Dibawah tulisan tersebut  ada sebuah foto. 2 anak kecil yang lucu. Yang 1 cowok sekitar usia 4 tahun yang satu cewek usia sekitar 2 tahun. Dengan anak kecil cowok yang berusia 4 tahun memeluk sebuah boneka.

            ”Loh boneka ini mirip ? Ah bukan bukan. Ngga mungkin. Mungkin ini kebetulan aja.” Gumam Keke dalam hati.
            Keke makin dibuat penasaran oleh buku tersebut dan kembali membuka halaman demi halaman buku itu. Ia tetap membelakangi Edwin yang kala itu tetap diam dan tampak tersenyum melihat tingkah Keke membuka buku dengan cara seolah-olah dia tidak boleh tahu apa yang Keke lakukan.dengan cara membelakangi Edwin tentunya.

            Keke berusaha membuka halaman yang mungkin berisi apa maksud semua ini. Edwin, buku, foto dan akhirnya dia menemukan tulisan pada akhir halaman buku tersebut dengan tulisan,

            ”2 anak di foto tersebut itu bersaudara. Mereka dipisahkan karena orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Yang 1 ikut ayahnya dan yang satu ikut ibunya. Liat anak kecil cowok yang memeluk boneka ? Pada saat perpisahan, anak kecil tersebut yang memilih ikut ibunya, dan memberi boneka kesayangannya kepada ayahnya dan memberi pesan untuk diberikan ke adiknya.”

            ”Makin ngga ngerti?!” Gumam Keke dalam hati.
            Ada tulisan lagi. Dan kelihatanya tulisan terakhir mengingat sudah pada bagian halaman terakhir. Namun kali ini terlihat sebagai tulisan yang masih baru. Menggunakan pensil. Beda dengan 2 tulisan sebelumnya yang tampak tulisan yang ditulis udah lama. Tulisan terakhir tersebut bertuliskan,

             ”Sudah lama aku menunggu saat ini. Aku sampai memakai cara seperti ini. Jadi murid baru, biar bisa satu kelas denganmu. Padahal harusnya aku kelas 3 SMA. Lucu bukan ? Hehe. Ayah pernah memberi sebuah boneka untukmu ? Apakah bonekanya masih ada padamu? Aku sangat rindu padamu. Mungkin ayah nggak mau menceritakan semuanya ke kamu. Bukan berarti ayah nggak mau menceritakannya, ayah hanya nggak mau kamu sedih memikirkan ini semua. Mungkin kalaupun ayah cerita, dia pasti sudah menceritkan segala hal yang nggak nyata. Mungkin ayah memberitahumu bahwa aku sudah tiada dan mungkin mengganti nama asliku dengan nama lain. Tapi aku nggak bisa memendam semua ini begitu lama, makanya aku pakai cara ini supaya bisa ketemu sama kamu lagi. Oh iya, maaf sebelumnya aku pinjam pensil nggak izin terlebih dahulu dan nggak sempat mengembalikannya.”

            Keke pun langsung kaget. Dia mencoba mengartikan semua ini sambil membuka kembali halaman yang terdapat foto tadi. Dia mengusap-usap foto tersebut. Di dalam benaknya penuh dengan pertanyaan.
            ”Apa maksud semua ini ? Foto itu ? Boneka itu ? Boneka kesayangan kakakku? Apa dia... Ah ! Jadi ayah selama ini bohong ? Berarti selama ini kakakku masih hidup ? Dan kalau benar, berarti Edwin itu…” Keke terdiam, menundukan kepala dan tampak meneteskan air mata. Sampai menetes ke foto tersebut.
            Keke segera berbalik badan dan saat itu juga tak disangka Edwin langsung memeluk erat Keke. Edwin pun tampak berlinang air mata seraya berbisik,

            ”Iya. Aku kakakmu. Aku sangat merindukanmu dik...”

Tamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar