Putra
mengetik gitar kesayangannya didepan rumah seraya menimati hembusan angin yang
berlalu. Purta adalah seorang pelajar yang kini berusia 16 dan sekarang duduk
dibangku kelas 2 SMA.
Saat itu petikan gitar putra terhenti karna mendengar 2 orang ibu-ibu melintas didepan rumahnya seraya bergosip,
“Ibu tau gak sih grup JKT48 ?” ucapnya.
“Oh yang muda-muda itu, ya ? Cantik-cantik loh buk orang-orangnya, masih muda lagi.” Balas ibu lainnya.
Pikirian putra langsung terlintas kepada grup yang dimaksud ibu-ibu tadi. Ya, JKT48.
“JKT48 itu apa ?” terbesit tanya dibenak putra.
Akhirnya putra memutuskan masuk dan mengambil tongkatnya untuk berjalan. Sejak kecil putra sudah mengalami kebutaan matanya, jadi harus menggunakan sebuah tongkat untuk membimbinggnya jalan.
Putra masuk kedalam rumah,
“Ma...” ucap putra.
“Iyaa, mama didapur put,” balas ibu nya.
Putra pun menghampiri ibunya yang sedang masak di dapur. Perlahan putra dengan pasti mencoba jalan agar tak terhantup apapun yang ada didalam isi rumah.
“Ma, mama tau gak JKT48 ?” tanya putra.
“JKT48 itu opo to put ? Mama juga gak tau,” balas mama putra heran.
“Loh mama kok gak tau, tadi ibu-ibu komplek sini bicarain tentang JKT48 itu loh ma,” sambung putra.
“Coba kamu tanya edwin, mungkin dia tau tentang JKT48 yang kamu maksud itu.”
Tanpa basa-basi pun putra menuju rumah edwin yang tak jauh dari rumahnya. Hanya beda 3 rumah saja dari rumah putra. Edwin memang sahabat putra sejak kecil, dan jika putra ingin bermain kerumah edwin pun, ibu nya tak perlu khawatir karna jarak rumah menuju rumah edwin tak jauh.
Putra berjalan perlahan menuju rumah edwin, tentu dengan tongkat yang membimbingnya untuk berjalan. Ketika didepan rumah edwin, edwin melihat putra dan langsung membantu putra untuk masuk kerumahnya.
“Ada apa put ?” tanya edwin.
“Yaudah sini duduk dulu,” sambungnya.
“Kamu tau JKT48, win ?” tanya putra ketika ia sudah duduk dirumah edwin.
“Oalah JKT48 ! Tau lah, mereka kan idola ku !” balas edwin dengan semangat.
“Ya, JKT48 itu apa toh win ?” tanya putra lagi.
“JKT48 itu idol grup put, jadi mereka itu sister dari AKB48 yang ada dijepang, dan JKT48 ini versi indonesia nya,” jelas edwin.
“Kenapa emangnya, put ?” tanya edwin balik.
“Gak, tadi aku dengar banyak orang bicarain JKT48, kali kamu tau, makanya aku nanya ke kamu,” balas putra.
“JKT48 itu punya theater loh put, jadi mereka setiap hari tampil ditheater mereka dengan 16 member dan 16 lagu,” terang edwin menjelaskan semua tentang JKT48.
“Oh gitu, seru yaa...” balas putra merunduk.
“Kamu mau nonton tehater JKT48 nya gak ?” tawar edwin.
“Haha kamu becanda, kan aku gak bisa melihat win...” balasnya lagi dengan senyum kecil.
“Menikmati musik bukan berarti harus melihat, kan ?”
“Hm iya juga sih, emang kapan ada theater JKT48 ?” tanya putra lagi.
“Besok, gimana mau ikut nonton gak ?” tawar edwin lagi.
“Oke deh, yaudah aku balik ya win...”
Putra pun berbalik menuju rumahnya dengan bimbingan edwin. Masih terbesit dibenaknya tentang JKT48. Namun ia mencoba tenang dan dengan rasa tak sabar besok menuju theater JKT48.
Hari esok tiba. Sore nya putra dan edwin menuju theater JKT48. Edwin terus berada disamping putra seraya menjaganya agar tak kenapa-kenapa. Dengan menggunakan trans jakarta mereka berdua pun sampai disebuah mall yang menjadi tempat theater JKT48.
“Nah kita udah sampai put,” ucap edwin.
“Wah kayaknya ramai ya, win.” balas putra.
“Yuk theaternya ada dilantai 4,”
Edwin pun kembali membimbing putra menuju lantai 4, tempat dimana theater JKT48 berada. Sampai dilantai 4, suasana sangat gemuruh. Edwin terus merangkul putra agar sahabat nya itu tak celaka ditempat seramai ini.
Edwin terlalu bersemangat untuk menonton aksi idola nya sampai-sampai ia lupa kepada putra saat tiba didepan tehater.
“Win tunggu aku dong...” ucap putra.
“Eh iya, sorry put,” balas edwin.
Karna tak ingin membuat temannya celaka, edwin membawa putra ketempat yang sepi, dimana orang tak terlalu ramai, lebih tepatnya didekat tempat bermain anak-anak.
“Kamu tunggu disini, ya. Aku mau antre tiket dulu,” ucap edwin sambil menepuk punda putra.
“Iyaa win,” balas putra tersenyum.
Akhirnya edwin menuju loket untuk mengantre tiket. Putra hanya duduk sendiri sambil terus merasakan ramainya suasana yang berada disekitarnya, yaitu theater JKT48.
Saat putra sedang duduk sendiri, tiba-tiba ia merasakan ada seorang yang sedang duduk disampingnya. Namun seseorang itu hanya diam saja, hingga tiba-tiba seseorang itu pun mulai berbicara pada putra,
“Hay, mau nonton theater JKT48, ya ?” tanya seseorang itu yang ternyata wanita dengan suara yang lembut.
“Hehe iya, nih...” balas putra dengan senyuman kecil.
“Kalau boleh tau, kenapa mau nonton theater JKT48 ?” tanya lagi wanita itu yang suaranya seakan membuat putra tenang.
“Aku juga gak tau. Aku cuman penasaran aja. Tapi aneh, orang sepertiku mau nonton theater JKT48 hehe. Disana teman aku lagi ngantre tiket. Karena begini, aku harus nunggu disini...” balas putra lagi dengan terus tersenyum.
Seketika sunyi. Namun wanita itu mencerna baik-baik kata “Karena begini” yang dilontarkan putra. Wanita itu pun mengalihkan pandangannya ke hadapan putra dan melihat mata putra yang membuat ia pun tersenyum dan tau mengapa putra melontarkan kata “Karena begini”.
Tak ada lagi pembicaraan antara putra dan wanita itu. Putra merasakan wanita itu sedang berdiri ingin bergegas pergi.
“Semoga terhibur dengan penampilan ditheater JKT48 ya. Nanti kalau sudah selesai nonton theater JKT48, cerita ke aku ya gimana perasaannya nonton theater JKT48,” ucap wanita itu lalu menepuk pundak putra.
Saat putra ingin membalas, ia menyadari bahwa wanita yang tadi sedang berbicara dengnanya sudah beranjak dari tempat itu.
Edwin kembali menghampiri putra,
“Udah nih, yuk kita ngantre bingo lagi...” ucap edwin lalu menrangkul putra.
Setelah mengantre bingo, mereka mendapatkan row 2 theater setlist Renai Kinshi Jourei dari Team J. Usai diperiksa petugas mereka berdua pun masuk ke theater JKT48 dan mengambil temapt duduk.
Overture !
Tanda theater dimulai. Semua fans JKT48 yang ada disana mengeluarkan lightstick dan mulai nge-chant dengan suara yang keras. Dan seketika putra teringat pertanyaan wanita pada putra untuk alasan mengapa ia menonton theater JKT48
Saat lagu Squall no aida ni putra pun berbisik pada edwin,
“Jadi ini alasan kamu nonton theater JKT48,” ucap putra berbisik.
“Apa ?!!!” balas edwin dengan suara lantang karna tak mendengar suara putra yang tertutupi suara chant dari fans JKT48.
“Suasana nya asik ya ! Ramai ! Ini alasan kamu suka JKT48 !!!” ucap putra lebih keras.
“Ngomongnya nanti aja put, aku gak dengar !” balas edwin lagi yang terus fokus menonton theater JKT48 dan putra hanya menikmati show theater lewat audio. Lagipula menurutnya putra salah moment saat sedang gemuruh begini.
Show theater JKT48 pun usai.
“Habis ini ada high-touch jadi kita bisa toss bareng member JKT48. Jadi di sesi ini kamu bisa berbicara dengan member JKT48 secara langsung, asik kan ?” ucap edwin.
Putra hanya mengangguk dan dalam hatinya tak percaya bahwa show theater JKT48 ini begitu membuatnya bahagia. Memang pada dasarnya ia tak mampu melihat. Namun hatinya mengatakan bahwa ia sangat terhibur atas show theater JKT48 ini.
“Terima kasih ya sudah datang !”
“Terima kasih, besok datang lagi ya !”
“Terima kasih sudah menyempatkan datang !”
“Datang lagi ya besok !”
Suara member JKT48 yang sedang melakukan sesi high-touch terdengar begitu indah. Putra dan edwin terus mengikuti antrean untuk high-touch degan member JKT48. Hingga putra terhenti disalah satu member JKT48 sambil berkata,
“Gimana show theater JKT48 nya ?” tanya member itu.
“Aku gak bisa ngomong apa-apa, kalian keren dan sangat menghibur !” balas putra bersemangat.
“Terima kasih, tetap support JKT48 ya !!!” sambung member itu.
Saat pertunjukan selesai, mereka berdua keluar. Mereka mencari tempat duduk dan mendapatkannya di sebuah kursi panjang di lantai bawah.
"Mereka itu cantik-cantik kayak bidadari ya, win ?" tanya putra.
“Mereka bukan bidadari. Maaf put. Kali ini aku gak bisa jawab pertanyaanmu. Entah kenapa aku gak bisa jawab pertanyaanmu. Tapi kalau member, yang paling cantik sih melody, kapten JKT48 hehe.” Ucap edwin pada putra. “Tapi satu hal yang pasti, mereka menghibur siapapun yang datang ke teater JKT48, tanpa terkecuali.”
“Begitu yah… tanpa terkecuali…” gumam putra lirih.
"Andai kamu bisa lihat put gimana cantiknya dan kerennya penampilan mereka," gumam edwin dalam hati yang tak mampu ia katakan pada putra karna takut menyakiti perasaannya.
Mereka melanjutkan dengan makan malam sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setelah cukup, dan waktu sudah menunjukkan pukul 22.30, mereka memutuskan untuk pulang. Mereka naik taksi untuk pulang. Diperjalanan, mereka mengungkapkan pikiran mereka setelah menyaksikan teater yang telah mereka lihat tadi.
Tidak bosan-bosannya edwin menjelaskan detil penampilan member selama diteater tadi mulai dari kostum, makeup, koreografi, blocking, ekspresi, hingga lambaian-lambaian tangan dan kedipan mata yang secara langsung maupun tidak menghipnotis semua penonton theater.
Tidak terasa perjalanan telah menempuh waktu sekitar 1 jam. Mereka telah tiba di tujuan.
“Loh ? Apa itu di sakumu put ?” tanya edwin.
Ada sehelai kertas berwarna merah terlipat rapih yang menonjol keluar dari saku pinggang kanan dari jaket putra.
“Hah? Kertas apa?” putra mencoba meraba sakunya. Sedikit kaget, ia menemukan kertas itu, dan mengambilnya dari saku.”
Putra mencoba membuka kertas merah yang dilipat itu dengan rabaan tangannya.
“Win, ini apa ya? Seperti surat…” tanya putra sambil membuka lipatan kertas.
“Loh, kok kamu malah nggak tau? Emangnya itu kertas dari mana?” tanya edwin bingung.
“Entahlah, aku juga nggak ingat… Eh, win, ada tulisannya nih…” sahut putra sambil meraba-raba permukaan kertas itu, ia merasakan ada bekas-bekas goresan alat tulis di atasnya.
“Sini coba aku lihat…” Edwin menawarkan bantuan.
“Tolong win kamu bacain…” putra menyerahkan kertas merah itu ke edwin.
Seketika edwin berhenti berjalan. Suasana menjadi hening.
“Win, kok berhenti?” tanya putra ketika tak merasakan edwin berjalan disampingnya.
Masih hening, hanya suara nafas edwin terdengar di tengah-tengah keheningan itu. Putra mendengar seperti ada kata-kata yang tertahan di mulut edwin.
Tetap hening beberapa saat, sampai edwin terbata-bata mulai bicara kepada putra.
“P-put-put-putra… k-ka-mu h-harus b-ba-baca ini put…” ucap edwin sambil terbata-bata menunjukkan kertas itu dan membacakan tulisannya kepada putra.
Sebuah kertas yang berwarna merah di sisi luarnya, dan berwana putih di sisi dalamnya, sisi dimana terdapat tulisan tangan dari bolpoint berwarna emas, dan di sisi merah, pada pojok kanan atas, terdapat sebuah simbol yang tidak asing, simbol JKT48, sebuah surat yang memang diperuntukkan kepada putra. Sebuah surat singkat dari wanita berperilaku aneh yang tadi sempat duduk di sebelah putra kala menunggu edwin mengantre tiket ditheater JKT48.
Saat itu petikan gitar putra terhenti karna mendengar 2 orang ibu-ibu melintas didepan rumahnya seraya bergosip,
“Ibu tau gak sih grup JKT48 ?” ucapnya.
“Oh yang muda-muda itu, ya ? Cantik-cantik loh buk orang-orangnya, masih muda lagi.” Balas ibu lainnya.
Pikirian putra langsung terlintas kepada grup yang dimaksud ibu-ibu tadi. Ya, JKT48.
“JKT48 itu apa ?” terbesit tanya dibenak putra.
Akhirnya putra memutuskan masuk dan mengambil tongkatnya untuk berjalan. Sejak kecil putra sudah mengalami kebutaan matanya, jadi harus menggunakan sebuah tongkat untuk membimbinggnya jalan.
Putra masuk kedalam rumah,
“Ma...” ucap putra.
“Iyaa, mama didapur put,” balas ibu nya.
Putra pun menghampiri ibunya yang sedang masak di dapur. Perlahan putra dengan pasti mencoba jalan agar tak terhantup apapun yang ada didalam isi rumah.
“Ma, mama tau gak JKT48 ?” tanya putra.
“JKT48 itu opo to put ? Mama juga gak tau,” balas mama putra heran.
“Loh mama kok gak tau, tadi ibu-ibu komplek sini bicarain tentang JKT48 itu loh ma,” sambung putra.
“Coba kamu tanya edwin, mungkin dia tau tentang JKT48 yang kamu maksud itu.”
Tanpa basa-basi pun putra menuju rumah edwin yang tak jauh dari rumahnya. Hanya beda 3 rumah saja dari rumah putra. Edwin memang sahabat putra sejak kecil, dan jika putra ingin bermain kerumah edwin pun, ibu nya tak perlu khawatir karna jarak rumah menuju rumah edwin tak jauh.
Putra berjalan perlahan menuju rumah edwin, tentu dengan tongkat yang membimbingnya untuk berjalan. Ketika didepan rumah edwin, edwin melihat putra dan langsung membantu putra untuk masuk kerumahnya.
“Ada apa put ?” tanya edwin.
“Yaudah sini duduk dulu,” sambungnya.
“Kamu tau JKT48, win ?” tanya putra ketika ia sudah duduk dirumah edwin.
“Oalah JKT48 ! Tau lah, mereka kan idola ku !” balas edwin dengan semangat.
“Ya, JKT48 itu apa toh win ?” tanya putra lagi.
“JKT48 itu idol grup put, jadi mereka itu sister dari AKB48 yang ada dijepang, dan JKT48 ini versi indonesia nya,” jelas edwin.
“Kenapa emangnya, put ?” tanya edwin balik.
“Gak, tadi aku dengar banyak orang bicarain JKT48, kali kamu tau, makanya aku nanya ke kamu,” balas putra.
“JKT48 itu punya theater loh put, jadi mereka setiap hari tampil ditheater mereka dengan 16 member dan 16 lagu,” terang edwin menjelaskan semua tentang JKT48.
“Oh gitu, seru yaa...” balas putra merunduk.
“Kamu mau nonton tehater JKT48 nya gak ?” tawar edwin.
“Haha kamu becanda, kan aku gak bisa melihat win...” balasnya lagi dengan senyum kecil.
“Menikmati musik bukan berarti harus melihat, kan ?”
“Hm iya juga sih, emang kapan ada theater JKT48 ?” tanya putra lagi.
“Besok, gimana mau ikut nonton gak ?” tawar edwin lagi.
“Oke deh, yaudah aku balik ya win...”
Putra pun berbalik menuju rumahnya dengan bimbingan edwin. Masih terbesit dibenaknya tentang JKT48. Namun ia mencoba tenang dan dengan rasa tak sabar besok menuju theater JKT48.
Hari esok tiba. Sore nya putra dan edwin menuju theater JKT48. Edwin terus berada disamping putra seraya menjaganya agar tak kenapa-kenapa. Dengan menggunakan trans jakarta mereka berdua pun sampai disebuah mall yang menjadi tempat theater JKT48.
“Nah kita udah sampai put,” ucap edwin.
“Wah kayaknya ramai ya, win.” balas putra.
“Yuk theaternya ada dilantai 4,”
Edwin pun kembali membimbing putra menuju lantai 4, tempat dimana theater JKT48 berada. Sampai dilantai 4, suasana sangat gemuruh. Edwin terus merangkul putra agar sahabat nya itu tak celaka ditempat seramai ini.
Edwin terlalu bersemangat untuk menonton aksi idola nya sampai-sampai ia lupa kepada putra saat tiba didepan tehater.
“Win tunggu aku dong...” ucap putra.
“Eh iya, sorry put,” balas edwin.
Karna tak ingin membuat temannya celaka, edwin membawa putra ketempat yang sepi, dimana orang tak terlalu ramai, lebih tepatnya didekat tempat bermain anak-anak.
“Kamu tunggu disini, ya. Aku mau antre tiket dulu,” ucap edwin sambil menepuk punda putra.
“Iyaa win,” balas putra tersenyum.
Akhirnya edwin menuju loket untuk mengantre tiket. Putra hanya duduk sendiri sambil terus merasakan ramainya suasana yang berada disekitarnya, yaitu theater JKT48.
Saat putra sedang duduk sendiri, tiba-tiba ia merasakan ada seorang yang sedang duduk disampingnya. Namun seseorang itu hanya diam saja, hingga tiba-tiba seseorang itu pun mulai berbicara pada putra,
“Hay, mau nonton theater JKT48, ya ?” tanya seseorang itu yang ternyata wanita dengan suara yang lembut.
“Hehe iya, nih...” balas putra dengan senyuman kecil.
“Kalau boleh tau, kenapa mau nonton theater JKT48 ?” tanya lagi wanita itu yang suaranya seakan membuat putra tenang.
“Aku juga gak tau. Aku cuman penasaran aja. Tapi aneh, orang sepertiku mau nonton theater JKT48 hehe. Disana teman aku lagi ngantre tiket. Karena begini, aku harus nunggu disini...” balas putra lagi dengan terus tersenyum.
Seketika sunyi. Namun wanita itu mencerna baik-baik kata “Karena begini” yang dilontarkan putra. Wanita itu pun mengalihkan pandangannya ke hadapan putra dan melihat mata putra yang membuat ia pun tersenyum dan tau mengapa putra melontarkan kata “Karena begini”.
Tak ada lagi pembicaraan antara putra dan wanita itu. Putra merasakan wanita itu sedang berdiri ingin bergegas pergi.
“Semoga terhibur dengan penampilan ditheater JKT48 ya. Nanti kalau sudah selesai nonton theater JKT48, cerita ke aku ya gimana perasaannya nonton theater JKT48,” ucap wanita itu lalu menepuk pundak putra.
Saat putra ingin membalas, ia menyadari bahwa wanita yang tadi sedang berbicara dengnanya sudah beranjak dari tempat itu.
Edwin kembali menghampiri putra,
“Udah nih, yuk kita ngantre bingo lagi...” ucap edwin lalu menrangkul putra.
Setelah mengantre bingo, mereka mendapatkan row 2 theater setlist Renai Kinshi Jourei dari Team J. Usai diperiksa petugas mereka berdua pun masuk ke theater JKT48 dan mengambil temapt duduk.
Overture !
Tanda theater dimulai. Semua fans JKT48 yang ada disana mengeluarkan lightstick dan mulai nge-chant dengan suara yang keras. Dan seketika putra teringat pertanyaan wanita pada putra untuk alasan mengapa ia menonton theater JKT48
Saat lagu Squall no aida ni putra pun berbisik pada edwin,
“Jadi ini alasan kamu nonton theater JKT48,” ucap putra berbisik.
“Apa ?!!!” balas edwin dengan suara lantang karna tak mendengar suara putra yang tertutupi suara chant dari fans JKT48.
“Suasana nya asik ya ! Ramai ! Ini alasan kamu suka JKT48 !!!” ucap putra lebih keras.
“Ngomongnya nanti aja put, aku gak dengar !” balas edwin lagi yang terus fokus menonton theater JKT48 dan putra hanya menikmati show theater lewat audio. Lagipula menurutnya putra salah moment saat sedang gemuruh begini.
Show theater JKT48 pun usai.
“Habis ini ada high-touch jadi kita bisa toss bareng member JKT48. Jadi di sesi ini kamu bisa berbicara dengan member JKT48 secara langsung, asik kan ?” ucap edwin.
Putra hanya mengangguk dan dalam hatinya tak percaya bahwa show theater JKT48 ini begitu membuatnya bahagia. Memang pada dasarnya ia tak mampu melihat. Namun hatinya mengatakan bahwa ia sangat terhibur atas show theater JKT48 ini.
“Terima kasih ya sudah datang !”
“Terima kasih, besok datang lagi ya !”
“Terima kasih sudah menyempatkan datang !”
“Datang lagi ya besok !”
Suara member JKT48 yang sedang melakukan sesi high-touch terdengar begitu indah. Putra dan edwin terus mengikuti antrean untuk high-touch degan member JKT48. Hingga putra terhenti disalah satu member JKT48 sambil berkata,
“Gimana show theater JKT48 nya ?” tanya member itu.
“Aku gak bisa ngomong apa-apa, kalian keren dan sangat menghibur !” balas putra bersemangat.
“Terima kasih, tetap support JKT48 ya !!!” sambung member itu.
Saat pertunjukan selesai, mereka berdua keluar. Mereka mencari tempat duduk dan mendapatkannya di sebuah kursi panjang di lantai bawah.
"Mereka itu cantik-cantik kayak bidadari ya, win ?" tanya putra.
“Mereka bukan bidadari. Maaf put. Kali ini aku gak bisa jawab pertanyaanmu. Entah kenapa aku gak bisa jawab pertanyaanmu. Tapi kalau member, yang paling cantik sih melody, kapten JKT48 hehe.” Ucap edwin pada putra. “Tapi satu hal yang pasti, mereka menghibur siapapun yang datang ke teater JKT48, tanpa terkecuali.”
“Begitu yah… tanpa terkecuali…” gumam putra lirih.
"Andai kamu bisa lihat put gimana cantiknya dan kerennya penampilan mereka," gumam edwin dalam hati yang tak mampu ia katakan pada putra karna takut menyakiti perasaannya.
Mereka melanjutkan dengan makan malam sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setelah cukup, dan waktu sudah menunjukkan pukul 22.30, mereka memutuskan untuk pulang. Mereka naik taksi untuk pulang. Diperjalanan, mereka mengungkapkan pikiran mereka setelah menyaksikan teater yang telah mereka lihat tadi.
Tidak bosan-bosannya edwin menjelaskan detil penampilan member selama diteater tadi mulai dari kostum, makeup, koreografi, blocking, ekspresi, hingga lambaian-lambaian tangan dan kedipan mata yang secara langsung maupun tidak menghipnotis semua penonton theater.
Tidak terasa perjalanan telah menempuh waktu sekitar 1 jam. Mereka telah tiba di tujuan.
“Loh ? Apa itu di sakumu put ?” tanya edwin.
Ada sehelai kertas berwarna merah terlipat rapih yang menonjol keluar dari saku pinggang kanan dari jaket putra.
“Hah? Kertas apa?” putra mencoba meraba sakunya. Sedikit kaget, ia menemukan kertas itu, dan mengambilnya dari saku.”
Putra mencoba membuka kertas merah yang dilipat itu dengan rabaan tangannya.
“Win, ini apa ya? Seperti surat…” tanya putra sambil membuka lipatan kertas.
“Loh, kok kamu malah nggak tau? Emangnya itu kertas dari mana?” tanya edwin bingung.
“Entahlah, aku juga nggak ingat… Eh, win, ada tulisannya nih…” sahut putra sambil meraba-raba permukaan kertas itu, ia merasakan ada bekas-bekas goresan alat tulis di atasnya.
“Sini coba aku lihat…” Edwin menawarkan bantuan.
“Tolong win kamu bacain…” putra menyerahkan kertas merah itu ke edwin.
Seketika edwin berhenti berjalan. Suasana menjadi hening.
“Win, kok berhenti?” tanya putra ketika tak merasakan edwin berjalan disampingnya.
Masih hening, hanya suara nafas edwin terdengar di tengah-tengah keheningan itu. Putra mendengar seperti ada kata-kata yang tertahan di mulut edwin.
Tetap hening beberapa saat, sampai edwin terbata-bata mulai bicara kepada putra.
“P-put-put-putra… k-ka-mu h-harus b-ba-baca ini put…” ucap edwin sambil terbata-bata menunjukkan kertas itu dan membacakan tulisannya kepada putra.
Sebuah kertas yang berwarna merah di sisi luarnya, dan berwana putih di sisi dalamnya, sisi dimana terdapat tulisan tangan dari bolpoint berwarna emas, dan di sisi merah, pada pojok kanan atas, terdapat sebuah simbol yang tidak asing, simbol JKT48, sebuah surat yang memang diperuntukkan kepada putra. Sebuah surat singkat dari wanita berperilaku aneh yang tadi sempat duduk di sebelah putra kala menunggu edwin mengantre tiket ditheater JKT48.
“Gak tahu harus berkata apa pas aku tau kalau kamu gak bisa melihat…
Terima kasih banyak ya sudah mau datang dan menyaksikan penampilan di theater JKT48… Tetap Semangat !!! Tetap dukung JKT48 ya….
-JKT48 Kapten, Melody-
Tamat

Banyak yang terbalik kata-katanya Win...
BalasHapus